Malam masih pekat di Sumatera Utara ketika secarik kertas keputusan bergulir dari Mabes Polri. Di atasnya, tertera nama seorang perwira dengan rekam jejak panjang di dunia reserse. Kombes Pol Dr. H. Jean Calvijn Simanjuntak, S.I.K., M.H. kini resmi memimpin Direktorat Reserse Narkoba (Dirresnarkoba) Polda Sumatera Utara.
Keputusan itu tertuang dalam surat telegram nomor ST/490/KEP/2025, ditandatangani Irwasum Polri Komjen Dedi Prasetyo pada 12 Maret 2025. Di jajaran Polda Sumut, mutasi ini menjadi bagian dari perombakan besar yang juga tercantum dalam empat surat telegram lainnya: ST/489/KEP/2025, ST/490/KEP/2025, ST/491/KEP/2025, dan ST/492/KEP/2025. Ia menggantikan Kombes Pol Yemi Mandagi, yang sebelumnya memegang kendali atas perang melawan narkotika di Sumatera Utara.
Di pundak Jean Calvijn kini terpikul beban besar. Perang ini bukan sekadar soal penegakan hukum—ini adalah pertarungan melawan jaringan gelap yang telah lama mencengkeram negeri.
Dari Simalungun hingga Ibu Kota: Jejak Panjang Sang Pemburu
Dua puluh lima tahun lebih ia mengabdi. Sejak lulus dari Akademi Kepolisian tahun 1999, langkahnya selalu beriringan dengan dunia reserse. Namun, jauh sebelum namanya harum di ibu kota, Jean Calvijn telah lebih dulu menanam jejaknya di tanah kelahirannya.
Tahun 2014, ia mengemban tugas sebagai Wakil Kepala Kepolisian Resor (Wakapolres) Simalungun, Polda Sumut. Di sanalah ia mulai memahami bahwa narkoba bukan hanya soal kejahatan biasa. Ia adalah akar yang mencengkeram, merusak generasi, dan mengubah wajah kota menjadi gelap.
Dari Simalungun, jejaknya berlanjut ke ibu kota. Ia dipercaya menjadi Kasubdit I Ditresnarkoba Polda Metro Jaya, sebuah posisi yang membawanya ke garis depan pemberantasan narkoba di Jakarta. Tahun 2018 dan 2019, namanya melejit setelah sukses menangkap sejumlah figur publik dalam kasus narkoba. Jennifer Dunn, Roro Fitria, Dhawiya Zaida—anak legenda dangdut Elvi Sukaesih—hingga pelawak Nunung Srimulat dan suaminya, July Jan Sambiran, terseret dalam jaringannya.
Kemampuannya membaca pola jaringan narkotika membuatnya semakin diperhitungkan. Pada September 2019, ia dipercaya memimpin Polres Trenggalek, Polda Jawa Timur. Kariernya terus menanjak hingga akhirnya kembali ke Mabes Polri sebagai Analis Kebijakan Madya Bidang Pidnarkoba Bareskrim Polri. Di posisi itu, ia semakin memahami peta peredaran narkotika di Indonesia—siapa pemain besarnya, bagaimana pola distribusinya, dan celah mana yang bisa ditembus.
Tak Sekadar Polisi, Tapi Juga Pemikir
Namun, Jean Calvijn bukan sekadar petarung di lapangan. Ia juga seorang pemikir. Tak puas hanya dengan pengalaman di dunia reserse, ia menempuh jalur akademik untuk menggali lebih dalam hakikat hukum dan keadilan.
Pada 18 Maret 2023, ia meraih gelar Doktor Hukum dari Universitas Pelita Harapan (UPH) dengan predikat Summa Cum Laude. Disertasinya, “Politik Hukum Pengaturan dan Penerapan Restorative Justice oleh Kepolisian dalam Penegakan Hukum di Indonesia”, menjadi bukti bahwa ia tak hanya berbicara dengan senjata dan borgol, tetapi juga dengan pemikiran yang tajam.
Restorative justice—sebuah pendekatan hukum yang lebih manusiawi—mungkin tampak berseberangan dengan dunia narkotika yang keras. Namun, bagi Jean Calvijn, hukum harus tetap berpihak pada keadilan, bukan sekadar pada aturan yang kaku.
Perang Baru di Sumatera Utara
Kini, ia kembali ke Sumatera Utara. Kali ini, bukan sebagai Wakapolres, melainkan sebagai panglima perang dalam pertempuran melawan narkoba di wilayah yang telah lama menjadi jalur strategis peredaran gelap.
Medan perangnya semakin kompleks. Jaringan narkoba semakin canggih, para pemainnya semakin lihai, dan modus operandinya semakin sulit dilacak. Tapi Jean Calvijn bukan orang baru di dunia ini. Ia telah melihat, mengejar, dan menangkap mereka yang bersembunyi di balik bayang-bayang perdagangan gelap ini.
Langkahnya tak pernah ragu. Ia tahu, ini bukan sekadar tugas. Ini adalah janji—janji untuk membersihkan Sumatera Utara dari cengkeraman narkotika, janji untuk memastikan generasi muda tak lagi menjadi korban.
Di tangannya, perang ini baru dimulai. Dan seperti yang sudah berkali-kali ia buktikan, Jean Calvijn Simanjuntak bukan perwira yang mudah dikalahkan.