Oleh : Pdt Dion Ponombaan
(Maz 63:6-9) Seperti dengan lemak dan sumsum jiwaku dikenyangkan, dan dengan bibir yang bersorak-sorai mulutku memuji-muji. Apabila aku ingat kepada-Mu di tempat tidurku, merenungkan Engkau sepanjang kawal malam, –sungguh Engkau telah menjadi pertolonganku, dan dalam naungan sayap-Mu aku bersorak-sorai. Jiwaku melekat kepada-Mu, tangan kanan-Mu menopang aku.
STRESsssss……PUSINGgggggggg,…Ahhh,
Rasanya kita semua pernah mendengar keluhan semacam ini, bukan hanya orang dewasa yang mengucapkannya tetapi anak kecil juga sudah dapat berkata ”Aku lagi stress”.
Tidak heran jika meurut penelitian oleh beberapa lembaga bahwa tingkat orang yang stress begitu meningkat, rumah sakit jiwa dan pusat rehalbilitasi tidak pernah kosong sehingga orang melihat bahwa ini sebuah kesempatan beisnis yang menggiurkan. Tingkat orang yang mati bunuh diri terus meningkat berbagai kejadian yang tragis terjadi, mereka tidak mampu menerima tekanan dan pencobaan yang berat datang dalam hidup mereka.
Menarik sekali untuk hal ini untuk kita pelajari dan simak karena tidak sedikit juga orang Kristen bahkan pendeta sekalipun dalam pengiringannya pada Tuhan mengalami keluhan dan mengucapkan hal yang sama ”saya lagi streessssssss”.
Saya merenungkan pasti ada yang keliru dengan orang kristen jika mereka dalam hidup dan pelayanannya begitu stress dan tertekan. Mengapa? Sebab di dalam Tuhan ada KETENANGAN dan KELEGAAN ketika kita datang kepada DIA? Di dalam Tuhan ada kelepasan, terang, kedamaian dan kehidupan.
Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. (Mat 11:28-29)
Ada berkat yang besar ketika kita datang menyembah TUHAN, raja Daud menggambarkan kerinduan hati dan jiwanya, seperti tanah kering yang membutuhkan air, dia menyadari ada KEHIDUPAN yang membuat dia tidak perlu takut dengan apapun saat dia menyembah Tuhan, berkat apakah yang kita terima saat kita intim dengan Tuhan?
1.BERTUMBUH DAN BERBUAH.(Yoh15:1-7. Mat 7:15-23)
Hidup kekristenan kita dituntut untuk bertumbuh dan berbuah, Penting sekali untuk hal itu itu berlaku di dalam hidup kita masing-masing agar kita tidak ditebang dari pokok pohon anggur itu.
Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar (Yoh15:5-6)
(Mat 7:19) Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api.
Ada kata ” PASTI” ditebang dan dibuang ketika kita tidak berbuah atau berbuah tetapi tidak baik,sebuah konsekuensi yang serius saat hidup kita tidak berbuah, sebab kekristenan itu indentik (sama) dengan BUAH (BERBUAH).
Fenomena kekristenan tanpa buah
Ada sebuah fenomena yang akan terjadi pada hari-hari terakhir ini. Apakah fenomena itu? Fenomena itu adalah kekristenan tanpa buah. Dalam (Mat 7:15-23) Disana dikatakan bahwa ada banyak orang yang berseru-seru memanggil manggil nama Tuhan, Dan yang menarik alkitab menyatakan ada “BANYAK ORANG, artinya tidak sedikit, lebih dari satu, bisa sepuluh, seratus, seribu, puluh ribu, ratus ribu, bahkan sampai jutaan, dikatakan bahwa pada hari terakhir ada banyak orang yang berseru-seru NAMA TUHAN.
Sepertinya ada suatu kegairahan baru yang muncul tentang hal-hal yang berkaitan dengan nama Tuhan, ada kebangkitan tentang hal-hal yang rohani, dengan tiba-tiba saja semua orang rindu terlibat banyak hal yang ada kaitannya dengan NAMA TUHAN atau berohanian.
Tidak heran kita melihat semua orang berperan dan ingin terlibat dalam perlayanan dan ambil bagian untuk menjadi pelayan-pelayan Tuhan bahkan tidak sedikit kita mendengar tiba-tiba ada orang-orang yang meninggalkan pekerjaannnya dan jadi PENDETA, Apakah Salah? Tentu tidak ada yang salah dengan semua hal itu, Tetapi alkitab menyatakan bahwa mereka begitu heboh dan sangat bergairah (Fokus) pada pelayanan sampai-sampai mereka lupa apa yang menjadi esensi dari kepengikutan kita pada Tuhan atau pelayanan itu sendiri.
Sebab yang perlu kita pahami bahwa Tuhan lebih memperhatikan Buah dari pada hanya sekedar berseru-seru atau pelayanan yang heboh. Sebab kekristenan adalah bicara tentang BUAH.
Kekristenan tanpa buah.
Kekristenan tanpa buah adalah kekristenan yang palsu. (Kekristenan yang tidak benar). Kekristenan palsu adalah kekristenan yang hanya kelihatannya benar tetapi yang sebenarnya tidaklah benar.
Kekristenan kita akan menjadi kekristenan yang rentan ditolak oleh Tuhan. Kekristenan yang hanya sekedar ada, agamawi dan rutinitas yang hanya akan berujung pada kejenuhan.
Kekristenan tanpa buah adalah Kekristenan yang tidak punya pengaruh dan dampak apapun pada lingkungan sekitarnya, Kekristenan yang mudah goyah, Kekritenan yang tidak memberi jalan keluar atau solusi pada perubahan yang baik kekristenan yang hanya hanya menimbulkan masalah dan problem sebab dia membawa sifat srigala yang buas.
Buah (berbuah) adalah esensi dari kepengikutan dan pelayanan kita pada Tuhan. Buah adalah hasil akhir yang akan menunjukan pohon (hidup) kita baik atau tidak! Benar atau tidak! Buah itu bicara tentang siapa diri kita yang sebenarnya, buah itu bicara tentang karakter;
KARAKTER adalah jati diri kita.
KARAKTER adalah KEASLIAN PRIBADI KITA,
KITA adalah siapa ketika kita tertekan?
KITA adalah siapa ketika di atas (sukses)?
KITA adalah siapa ketika terpuruk?
Kita adalah siapa ketika sendirian ?
Mengapa Tidak berbuah?
Buah yang baik tidak dapat dihasilkan dengan kemampuan atau kehebatan kita di dalam pelayanan, Buah hidup kita tidak dapat keluar dengan cara apapun kecuali hidup kita melekat pada POKOK KEBENARAN itu yaitu KRISTUS, BUAH hanya akan muncul ketika kita MELEKAT pada KRSISTUS pokok anggur yang benar itu (Intim dalam penyembahan)
Buah hanya dapat dihasilkan saat kita (ranting) itu melekat pada pokoknya, ranting tidak dapat berbuat apapun dengan usahanya sendiri, ranting tidak perlu lakukakan apapun dia hanya cukup tinggal melekat pada pokok pohon itu dalam hubungan yang paling intim dalam penyembahan. Maka buah hidup kita akan keluar dengan sendirinya. Dan kita melekat bukan hanya dalam DOA dan FIRMAN saja tetapi kita melekat pada seluruh keberadaan POKOK POHON KEHIDUPAN itu di dalam;
KESUCIANNYA
KELEMBUTANNYA
PENGAMPUNANNYA DLL
Berbuah itu artinya hidup kita bisa dinikmati oleh orang lain. Hidup kita bisa memberi arti bagi orang disekitar kita, Apakah istri dan anak-anak kita dapat menikmati hidup kita sebagai seorang suami dan ayah? Atau sebaliknya apakah suami dan anak-anak kita dapat merasakan hidup kita sebagai seorang istri atau ibu? Apakah hidup kita dapat dirasakan? Apalah artinya kita kaya, terkenal, hebat tetapi keluarga, orang yang paling dekat dengan kita sama sekali tidak merasakan buah manis kehidupan kekristenan kita, itu sama sekali tidak ada artinya.
Dalam suatu perumpamaan Tuhan Yesus mengajukan pertanyaan, sekaligus menegaskan kepada murid-murid-Nya, “Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.(Matius 5:13).
Kita diumpamakan seperti garam dan garam identik dengan rasa asinnya, jika garam itu tidak lagi memiliki rasa asin, maka nasib garam itu yang pertama dibuang dan yang kedua diinjak-injak orang.
Jika kekeristenan kita tidak lagi dapat dirasakan oleh orang di sekitar kita maka nasib kita tidak jauh berbeda dengan garam yang sudah menjadi tawar, dia di buang dan di injak-injak orang, garam itu sama sekali tidak mengalami pembelaan dari Tuhan,
Mungkinkah apa yang menimpa gereja dan orang percaya hari ini disebabkan oleh karena gereja tidak lagi dianggap atau dipandang berguna? Sehingga kita melihat bagaimana gereja dilecehkan, dihina tanpa pernah mengalami pembelaan dari KEPALA GEREJA itu sendiri, berbeda dengan apa yang pernah terjadi di gereja mula-mula bagaimana Tuhan Yesus datang membela jemaat-Nya dan melawat Saulus hingga bertobat.
Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: “Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?”Jawab Saulus: “Siapakah Engkau, Tuhan?” Kata-Nya: “Akulah Yesus yang kauaniaya itu (Kis 9:3-5) Apakah Firman Tuhan tentang garam yang menjadi tawar ini sedang di genapi dalam kehidupan gereja saat ini? Tentu hal ini tidak boleh kita biarkan terjadi, kita perlu bertobat dan mengevaluasi diri kita ke dalam.
Bertumbuh dan Berbuah adalah berkat ketika kita Intim dengan Tuhan di dalam penyembahan, itulah cara sederhana jika kita ingin bertumbuh dan berbuah di dalam hidup kekristenan kita, Kosentrasi saja pada hubungan kita dengan Tuhan dalam penyembahan maka kita pasti akan berbuah, kita akan kembali menjadi garam yang memiliki rasa asin, bukan garam yang kehilangan rasa asinnya.
Intim dengan Tuhan dalam penyembahan membuat kita menjadi orang kristen yang mampu memiliki ”RASA” untuk dapat dinikmati oleh orang disekitar kita
Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. (Yoh 15:5).
2.Bebas Dari Penyesatan Hidup. (Maz 73:1-28)
……… “Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu! Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang. (Mat 24:4-5)
Penyesatan besar-besaran yang terjadi adalah salah satu ciri atau tanda di akhir zaman ini, setan bekerja memakai nabi-nabi palsu yang muncul seperti domba tetapi yang sebenarnya adalah srigala yang buas, mereka memutar balikkan kebenaran supaya jika boleh orang-orang pilihan Tuhan tersesat dan tidak sampai pada rancangan Tuhan dan tujuan hidupnya. Tetapi apakah anda tahu tahu, bahwa ada penyesatan yang jauh lebih dasyat dari itu dan hal itu muncul dari dalam diri kita sendiri lewat pikiran atau paradigma yang salah.
Hal itu kerap kali muncul saat ada hal-hal tertentu terjadi dalam hidup kita seperti yang pernah dialami oleh Asaf.
Tetapi aku, sedikit lagi maka kakiku terpeleset, nyaris aku tergelincir. Sebab aku cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik(Maz 73:2-3).
Asaf mengakui bahwa imannya hampir jatuh saat dia memperhatikan dan membandingankan hidupnya dengan orang yang tidak beribadah, Asaf sempat memper- tanyakan dan meragukan Tuhan dalam banyak hal. Sebuah penyimpangan atau penyesatan yang terjadi dalam dirinya dan penyesatan itu dapat terjadi juga di dalam diri kita.
Mungkin kita pernah mendengar kisah tentang domba yang tersesat, Saya pernah memikirkan mengapa domba itu terpisah dan meninggalkan kawanannya? sehingga ia tersesat dan sendirian, tidak tergembalakan bahkan terancam diterkam oleh binatang-binatang buas.
Mengapa domba itu TERSESAT? Dalam kitab Yesaya di terangkan dengan jelas mengapa hal itu terjadi? Ternyata domba itu sesat dan tersesat karena mengikuti keinginannya sendiri.
Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. (Yesaya 53:6)
Kesesatan dapat terjadi bukan hanya dari luar diri kita tetapi hal itu dapat muncul dan terjadi juga dari dalam diri kita sendiri dan menurut saya justru hal itu jauh lebih berbahaya dari pada penyesatan yang terjadi dari luar hidup kita. Mengapa? Karena kita tidak menyadari kesesatan yang berasal dari dalam hidup kita.
Perhatikan! Kapankah Asaf terlepas dari kesesatan yang terjadi dalam dirinya? Asaf terbebas saat dia ada di hadirat Tuhan, saat dia masuk menghampiri tahta Tuhan.
Tetapi ketika aku bermaksud untuk mengetahuinya, hal itu menjadi kesulitan di mataku, sampai aku masuk ke dalam tempat kudus Allah, dan memperhatikan kesudahan mereka. (Mazmur 73:16-17)
Inilah berkat yang kita dapat nikmati saat kita berada di hadirat Tuhan. Kita akan mengalami kebebasan dari penyimpangan-penyimpangan hidup yang muncul dari dalam pikiran-pikiran kita yang terkadang kita tidak sadar bahwa kita sudah tersesat. Raja Daud dalam doanya berkata:
”Selidiki lah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku, lihatlah, apakah jalanku seorang dan tuntunlah aku dijalan yang kekal (Maz 139:23-24).
Pertukaran Kemanusiawian Kita
Intim dalam menyembah Tuhan (Intimacy worship) adalah tempat terjadinya perubahan atau pertukaran dari kemanusiawian kita dengan sesuatu yang Ilahi; kelemahan kita dapat berubah menjadi kekuatan, kutuk berubah menjadi berkat, ketakutan berubah menjadi ketenangan, kegelisahan berubah menjadi damai, keraguan berubah jadi kepastian, jalan-jalan yang tertutup akan menjadi terbuka, keputusasaan kita berubah menjadi pengharapan, semua itu hanya dapat terjadi ketika kita ada di hadirat Tuhan atau intim dengan Tuhan di dalam penyembahan.
Yakub diubah menjadi Israel, seorang penipu yang penuh dengan kepahitan dalam hidupnya berubah menjadi seorang pemenang menjadi bapa dua belas suku bangsa Israel.
Israel yang artinya adalah Pangeran Allah hal itu terjadi saat dia bergumul semalaman dengan Tuhan. Terjadi pertukaran saat ada penyembahan yang intim pada Tuhan.
Lalu tinggallah Yakub seorang diri. Dan seorang laki-laki bergulat dengan dia sampai fajar menyingsing. Lalu kata orang itu: “Biarkanlah aku pergi, karena fajar telah menyingsing.” Sahut Yakub: “Aku tidak akan membiarkan engkau pergi, jika engkau tidak memberkati aku.” Bertanyalah orang itu kepadanya: “Siapakah namamu?” Sahutnya: “Yakub.” Lalu kata orang itu: “Namamu tidak akan disebutkan lagi Yakub, tetapi Israel, sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang.” Yakub menamai tempat itu Pniel, sebab katanya: “Aku telah melihat Allah berhadapan muka, tetapi nyawaku tertolong!”(Kej 32:24-30)
Penyembahan adalah tempat kita mengalami perjumpaan dengan Allah yang akan membuat kita mengalami perubahan dari kemanusiawian pada sesuatu yang Ilahi.
Menjadi seorang penyembah yang benar akan membawa kita mengalami berkat-berkat Tuhan yang melimpah bahkan hal hal yang belum pernah kita terima sebelumnya.
Tetapi seperti ada tertulis ”Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia. (1Kor 2:9)
Discussion about this post