Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Pematang Siantar menggelar Festival SISI BATAS LABUHAN di Pantai Sejarah Kabupaten Batubara. Festival yang berlangsung Sabtu (29/10/2022) dan Minggu (30/10/2022) merupakan upaya KPw BI Pematang Siantar meningkatkan ekonomi masyarakat, khususnya di wilayah kerja KPw BI Pematang Siantar, yaitu Pematang Siantar, Simalungun, Batubara, Asahan, Tanjungbalai, Labuhanbatu Utara, Labuhanbatu, dan Labuhanbatu Selatan.
Kepala KPw BI Pematang Siantar Teuku Munandar dalam sambutannya menerangkan, ancaman resesi ekonomi dunia yang diperkirakan terjadi pada tahun 2023 mendatang, coba dimitigasi oleh BI, khususnya KPw Pematang Siantar. BI meminta kepala daerah di delapan kabupaten/kota wilayah kerja memperkuat sektor ekonomi di bidang pariwisata.
Dikatakannya, BI bersama pemerintah pusat terus melakukan sinergitas untuk menekan terjadi resesi global yang memungkinkan terjadi di Indonesia.
“Sebagaimana pesan bapak Presiden, bahwa dunia sedang tidak baik baik saja ekonominya. Ancaman resesi, stagflasi, dan segala macam. Jadi bapak presiden bersama Bank Indonesia bersinergi mengevaluasi baik pusat dan daerah kita bisa bekerja seperti biasa,” kata Munandar.
“Kita mengajak pemerintah daerah untuk berkolaborasi,” lanjutnya.
Disampaikan Munandar, ancaman ekonomi ini harus dihadapi secara bersama-sama. BI selaku lembaga kebijakan moneter tak bisa bekerja sendirian. Ada peran pemerintah untuk bersama-sama memperkuat ekonomi lokal dan nasional.
“Dalam segala hal berjamaah tentu lebih baik. Bermain bola kalau hanya Lionel Messi saja pun tidak baik. Mudah-mudahan dengan dilaksanakannya Festival SISI BATAS LABUHAN seperti yang dilakukan di Batubara bisa meningkatkan ekonomi masyarakat,” jelas Munandar.
Dalam festival tersebut, diselenggarakan beberapa rangkaian yang utamanya meningkatkan bisnis UMKM lokal, seperti bisnis matching.
BI memfasilitasi pertemuan antara UMKM lokal seperti petani udang vaname dengan pembeli senilai ratusan juta rupiah. Kemudian memfasilitasi bisnis konveksi songket tradisional khas Batubara baik dalam bentuk bahan maupun ready to wear.
Menurut Munandar, dengan memperkuat sektor pariwisata tentunya akan berdampak kepada sektor-sektor turunan atau stakeholder lainnya/multiplayer effect.
Sementara itu, Kabiro Ekonomi Setda Provinsi Sumut Naslindo Sirait menyampaikan, sejak pandemi Covid-19, kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Sumut menurun drastis. Kunjungan membaik seiring angka Covid-19 menurun dan kebijakan masuk RI dilonggarkan.
Naslindo juga mengungkapkan beberapa daerah yang menjadi perhatian seperti Lombok di NTB, Labuanbajo di NTT, dan Wakatobi di Sultra juga tengah mengalami peningkatan wisman.
“Bali sudah mapan wisatanya. Jadi kalau pariwisata itu diibaratkan seperti lokomotif di depan, apabila pariwisata itu digerakkan, maka dia menarik gerbong yang lebih besar lagi,” kata Naslindo mengakui peran sektor pariwisata begitu penting bagi pemulihan ekonomi nasional.
Jumlah kunjungan wisman sebelum Covid-19, hampir 300 ribu. Dibandingkan Bali pada waktu yang sama mencapai 6 juta. Pariwisata Bali dengan Sumatera Utara sangat jauh berbeda.
“Kemudian saat Covid-19 kunjungan wisata cuma 200 orang. Kemudian sekarang membaik sudah mencapai 47 ribu orang. Ada satu pelajaran yang dipetik, ternyata pariwisata kita juga muncul di lokal. Katakanlah untuk Toba, banyak yang datang dari penjuru tanah air. Ini kurang kita perhatikan, dan harus kita manage,” jelas Naslindo.
Naslindo mengapresiasi langkah BI yang berinisiatif meningkatkan pusat-pusat ekonomi baru di daerah yaitu pariwisata. Apa yang dilakukan BI di Sumut ini harus didukung oleh pemerintah. Pemerintah akan memperhatikan sektor pendukung seperti sarana dan prasarana.
“Danau Toba begitu indah. Tapi setelah itu, wisatawan itu mau ngapain lagi? Tetapi kalau misalnya dibangun kebudayaan yang kuat atau experience lain tentu akan memberikan cita rasa yang diinginkan. Kita mendorong selain pembangunan infrastruktur tetapi bagaimana menguatkan pariwisata itu dengan budaya setempat,” tambah Naslindo.
Membangun pariwisata, sambungnya, harus dilakukan secara holistik. Harus dibangun ekosistem pariwisatanya. Baik sarana dan produk UMKM yang membutuhkan pembiayaan harus didukung oleh stakeholder lain seperti pembiayaan dari bank-bank Himbara maupun swasta.
Discussion about this post