Oleh Fuad Raja Siregar, S.Ikom
Surat al-Baqarah : 218 “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
SEJARAH tahun baru Islam atau tahun baru Hijriyah diawali dengan peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah. Sedangkan bagi umat Islam sesudah nabi, peringatan ini merupakan momen untuk hijrah dengan melakukan perubahan menjadi pribadi yang lebih baik. Maka hijrah yang akan kita jalani dalam arti kiasan disini, adalah hijrah nafsiah dan hijratul amaliyah, yaitu perpindahan dari kufur menuju iman, peningkatan mutu diri dari segi spiritual dan intelektual, serta meningkatkan semangat dan kesungguhan dalam beribadah kepada Allah SWT.
Islam telah mengingatkan agar hari-hari yang kita lewati selalu menjadi lebih baik dari hari sebelumnya. Seperti yang tercantum dalam Alqur`an surat al-Hasyr ayat 18, artinya
”Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Peristiwa Hjrah umat Islam dari Makkah ke Madinah bukan sahaja mengandung nilai sejarah dan strategi perjuangan, tapi juga mengandung nilai-nilai dan pelajaran berharga bagi perbaikan kehidupan umat secara pribadi dan kejayaan kaum Muslim pada umumnya.Maka, seyogianya dalam memaknai tahun baru Islam ini, kita menggali kembali hikmah yang terkandung di balik peristiwa hijrah yang dijadikan momentum awal perhitungan Tahun Hijriyah.
Penetapan nama Tahun Hijriyah merupakan kebijaksanaan Khalifah Umar Ibn Khattab ra. Seandainya Khalifah Umar berambisi untuk mengabadikan namanya dengan menamakan penanggalan itu dengan “Tahun Umar” ― sangatlah mudah baginya melakukan itu. Oleh sebab itu ― malam menjelang pergantian tahun baru Islam dapat kita isi dengan melakukan muhasabah, perenungan diri atas apa yang telah kita lakukan dan merencanakan hal yang lebih baik untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT.
Setiap memasuki tahun baru Islam, kaum Muslim hendaknya memiliki semangat baru untuk merancang dan melaksanakan hidup ini secara lebih baik. Begitulah makna dari peringatan tahun baru Islam setiap tanggal 1 Muharram, yang akan menjadi momen hijrah atau perpindahan dari keburukan menjadi kebaikan. Serta dapat menjadi pengingat agar kita senantiasa bermuhasabah, mengevaluasi diri atas segala kekurangan dan kelemahan kita sebagai manusia biasa yang kadar keimanannya sering naik dan turun. Bila pada tahun baru masehi kita lazim membuat resolusi akhir tahun, maka tidak ada salahnya bila kita mengubah kebiasaan membuat resolusi tersebut di tahun baru Islam. Mungkin salah satu resolusi adalah agar setiap Muslim mempertinggi keimanan dan ketakwaan serta meningkatkan amal ibadah dan amal mujahadah.
Dapat pula ditulis, ingin istiqomah dengan amalan-amalan kecil yang baik seperti bersedekah, membuat agenda silahturrahim setiap akhir pekan, melakukan puasa sunnah, memperbanyak sholat sunnah dan sebagainya. Atau memiliki resolusi untuk mulai memiliki tabungan agar bisa pergi umroh dan berhaji. Banyak hal yang bisa kita sampaikan kepada Allah SWT di malam pergantian tahun hijriyah ini sebagai doa agar dapat dikabulkan oleh Allah SWT.
Khalifah Umar Ibn Khattab ra malah menjadikan penanggalan itu sebagai suatu momentum guna pengembangan Islam (sehingga berhasilguna dan berdayaguna), karena penanggalan itu mengandung makna spiritual dan nilai historis yang amat tinggi harganya bagi agama dan umat Islam. Selain Umar, orang yang berjasa dalam penanggalan Tahun Hijriyah adalah Ali bin Abi Thalib. Keponakan Rasulullah Saw inilah yang mencetuskan pemikiran agar penanggalan Islam dimulai penghitungannya dari peristiwa hijrah, saat umat Islam meninggalkan Makkah menuju Yatsrib (Madinah).
Setiap pergantian waktu, hari demi hari hingga tahun demi tahun, biasanya memunculkan harapan baru akan keadaan yang lebih baik. Islam mengajarkan, hari-hari yang kita lalui hendaknya selalu lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Dengan kata lain, setiap Muslim dituntut untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari. Sesuai Surah an-Nisaa’ : 100 artinya, “Barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Pada awal tahun baru hijriyah ini, kita bisa merancang hidup agar lebih baik dengan hijrah, yakni mengubah perilaku buruk menjadi baik, melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Selain itu juga mengubah permusuhan dan konflik menjadi persaudaraan dan kerja sama, mengubah pola hidup malas-malasan menjadi giat bekerja, mengubah hidup pengangguran dan peminta-minta menjadi pekerja mandiri, dan tak bergantung pada belas kasih orang lain. Maka, setiap pergantian Tahun Hijriyah, sebenarnya merupakan momentum pengeratan solidaritas sesama Muslim. Kita harus menegakkan bahwa sesama mukmin itu saudara, bagaikan satu bangunan yang saling menguatkan. “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara,” (Alqur`an, al-Hujarat : 10). Serta Sabda Rasulullah SAW “Orang Mukmin satu dengan yang lainnya seperti sebuah bangunan, satu sama lain saling menguatkan.”(HR. Bukhari dan Muslim).
Di hadis yang lain, beliau menegaskan “Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya segala apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri berupa kebaikan.” (HR al-Bukhâri dan Muslim). Juga dikemukakan beliau “Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam.” (HR Bukhari, Muslim, Ahmad).
Cermati dengan benar, hadis Rasulullah SAW “Allah tidak melihat bentuk rupa dan harta benda kalian, tapi Dia melihat hati dan amal kalian.”Suatu kata hikmah antara lain menyatakan “Dalam hidup, persiapkan dirimu sebaik mungkin, dan daripada menunggu kesempatan datang, lebih baik kamu menciptakannya. Sesulit apapun masalah yang kita hadapi, ia harus diselesaikan, bukan dihindari.” Sangat baik pula kalau kita mencermati ungkapan Albert Einstein “Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusahalah menjadi manusia yang berguna.”
Sangat mendalam hikmah pada memasuki Tahun 1439 Hijriyah ― yang sangat pantas memotivasi setiap insan muslim dari Surah ar-Ra;du : 11, artinya “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”
“Selamat Menyambut Tahun 1439 Hijriyah,” Semoga kita memahami makna tahun baru Islam dengan benar, menyikapinya dengan cermat, juga mampu menggali maknanya secara terukur pula, hingga mampu memicu semangat hijrah dalam diri, menuju iman, ilmu, dan amal yang lebih baik. Insya Allah, Aamiin.
Fuad Raja Siregar, S.Ikom adalah Ketua Pengurus Wilayah Gerakan Pemuda Islam
Discussion about this post