Tak dapat dipungkiri, sebagai salah satu Negara yang sedang berkembang, Indonesia memiliki peran yang sangat penting dalam era Globalisasi. Untuk itu kita harus menyiapkan diri dan generasi agar mampu bersaing dan tidak tergilas arus perubahan itu. Salah satunya membekali generasi dengan pendidikan yang bertaraf internasional atau global.
Sekolah Dasar Kristen Kalam Kudus (SKKK) 2 Pematangsiantar menjadi pioneer pendidikan berbasis I- Learning. Hal ini menjawab kebutuhan orangtua dan anak atas sekolah berkualitas yang mampu mengantarkan siswa menggapai masa depan.
Keberadaan SD Kristen Kalam Kudus 2 di Pematangsiantar telah memberikan warna pendidikan di kota terbesar kedua di Sumatera Utara ini. Meski usianya belum ada satu dasawarsa, namun sudah menjadi favorit, khususnya di antara para orangtua yang ‘melek’ pendidikan.
Sekolah di Jalan Sabang-Merauke No. 2D Pematangsiantar inin memang bertaraf internasional. Bahkan metode pembelajarannya, sekitar 70 persen menggunakan bahasa Inggris, termasuk dalam komunikasi sehari-hari.
Kepala SD Kristen Kalam Kudus I-Learning Pematangsiantar, Elly S.Th., S.Pd.K., saat acara Open House di sekolah yang dipimpinnya, Sabtu (22/4) menerangkan, I-Learning adalah suatu metode pendidikan yang mengutamakan perkembangan anak dengan metode Child Center (berpusat pada anak). SD Kristen Kalam Kudus, lanjutnya, didesain dengan mengintegrasikan beberapa metode pembelajaran. Metode tersebut meliputi PAIKEM, Experiment, Integrasi, Project, dan Contextual.
Dijelaskannya, PAIKEM merupakan metode Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif Menyenangkan. .Experiment, di dalam pembelajaran ada praktek langsung mengenai bahan ajar. Integrasi, pembelajaran dihubungkan dengan mata pelajaran lain dan firman Tuhan. Project, siswa terlibat langsung di dlm pembelajaran dan membuat suatu proyek/aktivitas mengenai bahan ajar. Contextual Teaching Learning: Guru mengajarkan pembelajaran sesuai dengan konteks/latar belakang bahan ajar dan siswa.
I-Learning, sebut Elly, konsentrasi kepada perkembangan anak seutuhnya dalam spiritual, fisikal, intelektual, emosional, dan sosial.
“Jadi, kita di sini itu Global Education, yakni Global Material dan Global Language. Untuk global material, meliputi buku dan lainnya. Sedangkan global language terdiri atas bahasa Inggris dan Mandarin,” terang Elly.
“Kita pakai kurikulum I Learning Global, memakai buku Bahasa Inggris, Mathematic dan Science dari kurikulum Cambridge,” terangnya.
I-Learning itu, kata Elly lagi, sangat terstruktur. Sebab memulai pembelajaran dari yang sederhana hingga kompleks, mudah hingga sulit, kongkrit hingga abstrak, dan sudah mengerti hingga yang belum mengerti.
“Kita ingin membentuk anak yang mandiri dalam belajar dan menyenangi belajar sepanjang hidupnya, atau Independent Lifelong Learner,” tukas Elly lagi.
Sementara itu, yang mereka gunakan dalam proses pembelajaran, yakni kurikulum dengan prinsip kebenaran Alkitab (Truth Prinsipled-Bible Trust) dan Kurikulum yang terintegrasi (Integrated Curriculum Design).
Konsep I-Learning itu sendiri, katanya, meliputi integrated (integrasi=terpadu/yang dipadukan), dan learning (pembelajaran), yaitu Perticipatory Learning (pembelajaran berpartisipasi), Learn How to Learn (belajar cara belajar), Transformative Learning(pembelajaran yang transformasi/berubah), serta Innovative Language (pembelajaran yang inovatif/kreatif).
“Misi kita yakni mengajak murid untuk memiliki hati yang takut Tuhan, membimbing mereka untuk mengasihi, sehat mental, berbudi pekerti luhur, dan bertanggung jawab,” terang Elly.
Selanjutnya, memberikan pengetahuan berkualitas sesuai perkembangan zaman, melengkapi murid dengan keterampilan berkualitas, dan memberdayakan semua yang berkepentingan (stakeholder) untuk menjadi insan pendidikan.
Kemudian, Elly menerangkan tentang nilai-nilai inti di sekolah tersebut, yang meliputi kasih, mandiri, berdaya guna, dan pembawa damai. Kasih, sebutnya, merupakan nilai utama yang mendasari dan menggerakkan setiap motivasi, usaha, dan proses pendidikan dalam lingkungan sekolah. Kemudian, mandiri, yaitu dengan dorongan oleh kasih Kristiani, pendidik dan murid disiapkan menjadi mandiri.
“Berdaya guna, yakni dengan didorong oleh kasih, siswa dididik menjadi pribadi unggul, berguna bagi sesama, baik sosial maupun lingkungan alam melalui pewartaan kabar dan perbuatan baik,” jelas Elly, seraya menambahkan sekolahnya tersebut memiliki motto, dengan kasih dan disiplin meningkatkan prestasi.
Lantas, bagaimana dengan nilai sebagai pembawa damai?
“Kalau itu, artinya dengan didorong oleh kasih, guru mendidik siswa untuk menjalankan misi Allah dan menghadirkan damai sejahtera,” tambah Elly, dan menyebutkan di sekolah tersebut khusus bahasa Mandarin digunakan 3 kali dalam seminggu, ditambah kegiatan musik dan komputer.
Di SD Kristen Kalam Kudus I-Learning Pematangsiantar, selain belajar di ruangan, murid-murid juga memiliki kegiatan ekstrakokurikuler (extraschool). Kegiatan tersebut antara lain, drama, fashion show, music instrument (pianika, gitar, recorder, maracas), art and craft (drawing, flannel art), choir, dancing, violin, club science, dan club mathematic.
Khusus prestasi antar sekolah, SD Kristen Kalam Kudus I-Learning Pematangsiantar sudah mengukirnya. Ada Ray Owen Martin yang meraih juara 1 Olimpiade Sains Nasional (matematika) tingkat Kota Pematangsiantar, Olivia Astrid Debora Sinaga juara 1 Lomba Catur Putri O2SN tingkat Kecamatan Siantar Selatan, Yeni br Simanjuntak juara 2 Lomba Tenis Meja Putri O2SN tingkat Kecamatan Siantar Selatan, dan Anastasia Rachel Mariam juara 3 Lomba Tenis Meja Putri O2SN tingkat Kecamatan Siantar Selatan.
Dalam perlombaan menggambar yang diselenggarakan Lion’s Club, siswa atas nama Dharma Anargya Jowandy meraih juara 1 dan Veronika Aprilia Pardede meraih juara 3, juara Harapan 1 Faber Castell Challenge with Family berhasil diraih Jerrig Mananta dan Sri Intan Suwarno.
Prestasi lainnya, juara Harapan 2 Mewarnai HUT Pemadam Kebakaran Pematangsiantar tahun 2017 atas nama Magnif Bastianraya Silitonga dan juara harapan 3 Asima Ameliani Pardede.Di Lomba Merakit Mobil di Waterpark, meraih juara 2 atas nama atas nama Fritz Binsar, serta juara harapan 2, yakni Oswald Lawrencio.

Di tengah perjalanannya SD Kalam Kudus 2 telah memikat hati dan member kepuasan bagi orangtua yang mempercayakan pendidikan anaknya di sana. Berikut pengalaman dan tanggapan mereka atas keberadaan sekolah ini. Styfanny Francisca, salah satu orangtua siswa mengaku puas dengan metode dan pola yang diterapkan sekolah tersebut. Termasuk kerja sama antara guru dan orangtua dalam mendidik siswa.
“ Pelajarannya sih agak sulit bagi saya, cuma memang anak jadi mandiri disana. Trus gurunya yang oke menurut saya, bisa sharing dan gak memaksakan kita untuk press anak mesti juara atau gimana. benar-benar dididik sampai bisa untuk anak yang memang ga gitu bisa ngikutin. Gurunya juga mau denger curhatan kita, kerjasama antara orang tua dengan guru benar- benar terjalin disana. Kalau perkembangan anak memang terlihat lebih mandiri termasuk mental anak juga,“ tutur Styfany
Hal senada juga disampaikan Lesy En, yang anaknya Rix Valdo kini duduk di bangku kelas 6. Banyak hal baik yang ia rasakan selama ini dari sekolah tersebut. Dari sisi pembentukan karakter dan mental anak, a melihat bagaimana anaknya begitu sayang terhadap

“ Awalnya karena di Siantar kan baru pertama kalinya ada SD I -Learning yang mengajarkan dua bahasa. Mereka juga bisa praktek bahasa inggris sehari harinya. Ditambah metode belajar yang bukan system hafalan,melainkan pemahaman. Anak –anak disana kalau ada pekerjaan sekolah bisa mandiri, mereka di didik dengan kasih. Setiap anak juga diperlakukan sama, dalam artian semua berhak mengikuti kegiatan apapun, tidak mememilih –milih siswa yang pintar saja. Hal ini sangat membantu membentuk kepercayaan diri bagi anak, “ jelas Lesy En. (Vay)
Discussion about this post