Arya Inn Siantar, dengan tagline Eat, Read, Sleep usung konsep ” Smart Family Hotel & Library Cafe”
Nongki-nongki (baca: nongkrong) sembari menikmati minuman plus penganan adalah hal biasa.
Namun nongki sambil membaca buku, di Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara ada tempat yang nyaman.
Berada di lokasi strategis, yakni di Jalan Sutomo Komplek Siantar Bussiness Centre (SBC) Blok B, Arya Inn menawarkan tempat yang sangat nyaman untuk nongki sambil membaca buku.
Meja dan bangku kayu langsung terlihat dari luar gedung yang dibatasi dinding kaca transparan dengan bagian dalam.
Berbeda dengan kafe kebanyakan, di salah satu bagian dinding gedung terdapat rak buku. Di rak tanpa penutup tersebut, tersusun rapi berbagai jenis buku.
“Ya, konsep kita memang library (perpustakaan, red) di dalam kafe,” kata pemilik Arya Inn, Hansen Oei Ik Han, yang ditemui di suatu senja di tempat usahanya.
Dikatakan pria yang lahir di Pematangsiantar ini, dirinya sangat hobi membaca dan mengoleksi berbagai buku. Nah, dari situ dia punya impian memiliki bisnis sekaligus mengajak orang lain untuk dekat, mengenal, dan membaca buku.
Impiannya semakin memuncak saat ia berada di Singapura dan menemukan ada library sekaligus kafe. “Impian makin kuat lagi setelah di Bandung juga ada tempat yang sama,” tambah pria yang sempat berkarir di salah satu bank asing tersebut.
Saat ditugaskan di kota kelahirannya, ia pun mencoba menuangkan impian dan idenya. Meski sang istri sempat pesimis, namun Hansen tetap gigih mewujudkan keinginannya, sembari memberikan pengertian kepada istri.
“Awalnya istri saya pesimis karena menurut dia, masih sangat sulit mewujudkan impian saya di Siantar. Tapi saya terus berusaha meyakinkannya, dan akhirnya dia setuju dan mendukung sepenuhnya,” beber alumni SMA Budi Mulia Pematangsiantar tersebut.
Terinspirasi Film Julia Robert
Konsep eat, read, sleep (makan, membaca, tidur) atau kafe, perpustakaan, dan penginapan, sengaja diambil Hansen, terinspirasi dari film Eat, Pray, and Love. Artinya, sambung dia, manusia akan terus mencari inti dan hikmah dari hidup.“Jadi, manusia makan dan tidur.
Bagi manusia yang suka membaca, dia akan menjadi manusia yang positif dan kreatif,” tukas mantan atlet renang Siantar tersebut.Untuk kafe, sambungnya, ia menyediakan aneka minuman dan penganan.
Yang spesial, adalah yogurt (susu fermentasi). Mengapa yogurt? “Ya, lagi-lagi saat di Bandung, di sana minuman yogurt sudah familiar. Jadi saya coba membawanya ke Siantar. Di sini, kita membuat yogurt sendiri, yang dipadu dengan aneka buah-buahan. Ternyata banyak yang suka,” bebernya.
Sedangkan untuk penginapan, Arya Inn mengusung konsep keluarga. Menawarkan yang standard dan deluxe. Baik standard maupun deluxe, lanjutnya, memiliki fasilitas yang hampir sama.
Hanya luas kamar yang berbeda. Fasilitas yang ada antara lain, AC, air panas, televisi, dan jaringan internet (Wi-Fi). Khusus fasilitas air panas, kita menggunakan listrik tenaga surya.
“Jadi, kalau hari mendung atau hujan, maka airnya kurang panas. Kepada pengunjung, selalu kita beritahu apabila airnya kurang panas. Jadi mereka tidak kecewa. Dan sejauh ini mereka mau menerima, bahkan takjub ketika kita beritahu soal listrik tenaga surya tersebut,” terangnya.
“Malah kadang saya sengaja tawarkan untuk merasakan air di Siantar yang sejuk dan segar seperti di Bandung atau puncak,” tambahnya, seraya bercanda.
Fasilitas lainnya, Hansen menyediakan aneka mainan untuk anak-anak. Beberapa jenis mainan, seperti monopoli, congklak, dan lego.
Tetapi, lanjutnya, anak-anak yang dibawa orangtuanya menginap di Arya Inn, justru lebih tertarik dengan aneka buku yang tersedia. Malah, saking asyiknya melihat dan membaca buku, terkadang anak-anak tersebut menolak diajak masuk kamar.
“Sudahlah, sana mama sama papa tidur, kami di sini aja,” tukas Hansen menirukan perkataan anak-anak itu. Dari situ, Hansen menyimpulkan, sebenarnya anak-anak lebih tertarik pada buku daripada mainan.
Tergantung orangtua yang mengarahkan anak-anaknya. Hansen pun, tentu saja semakin bersemangat menambah koleksi bukunya dan diletakkan di kafe.
“Setiap bulan, pasti ada penambahan koleksi buku,” katanya, yang memiliki keinginan kuat agar di Siantar ada komunitas membaca dan pecinta buku.
Bahkan Hansen sangat berharap ia menemukan seorang teller story (pendongeng) yang bisa tampil di kafenya seminggu sekali, dan menghibur anak-anak.
“Teller story itu orang yang kreatif. Dia harus bisa merangsang daya pikir anak-anak,” sebut Hansen. (Vay)
Discussion about this post