Berawal dari komunikasi dengan seorang teman alumni SMA, Lenny Chen pemilik nama asli Atan Leny, wanita kelahiran Pematangsiantar, 14 November 1975 ini terpanggil untuk menyemai cintanya di Panti Asuhan Thabita Care. Hingga saat ini Thabita Care telah beroperasi selama empat tahun dengan memberi cinta kepada sejumlah anak yang terpisah dari orang tuanya. Tinggal menetap di Kota Medan, tidak menjadi halangan bagi alumni SMA Kalam Kudus ini untuk mengabdi dalam kehidupan sosial di kota kelahirannya. Tepatnya di Thabita Care yang beralamat di Jalan Tanjung Pinggir, Kecamatan Siantar Martoba, Pematangsiantar.
Dikisahkan Lenny, sekitar tahun 2013 silam ia dihubungi oleh salah seorang temannya, ia diminta untuk membantu salah satu panti yang beroperasi di rumah kontrakan. Rumah ini menampung anak yang bernasib kurang beruntung. Menurut teman Lenny, saat itu kondisi di rumah tersebut sangat memprihatinkan.
Tak lama setelah itu, Lenny dan suaminya pun pulang ke Pematangsiantar untuk berziarah. Kesempatan ini pun dimanfaatkannya untuk mengunjungi panti tersebut, sekaligus membawa sejumlah bantuan makanan dan kebutuhan lainnya. Dari sinilah selanjutnya cikal bakal aktifnya Lenny memberi perhatian terhadap Thabita Care.
“Teman sekolah saya, orang Siantar menghubungi saya. Dia minta saya membantu panti asuhan di Siantar yang (kondisinya) sangat miris,” terang Lenny.
Kebetulan, sambung Lenny, dia berencana berziarah ke Siantar. Lantas, bersama suaminya Lenny sepakat mengunjungi rumah kontrakan yang dijadikan panti asuhan itu. Saat baru tiba, Lenny langsung masuk ke rumah tersebut. Namun rumah itu kosong. Tidak terlihat anak-anak. Lenny bingung. Ia pun berkeliling rumah dan melihat keluar, mencari keberadaan anak-anak.
“Dari jauh, saya saya lihat anak-anak kecil itu jalan dari atas bukit, menurun menuju rumah. Ketika saya tanya, mereka bilang baru siap mandi. Lalu anak-anak itu menyalami saya satu per satu,” sebut Lenny.
Rumah kontrakan itu, kata Lenny, tidak dilengkapi kamar mandi, dapur, kamar tidur, dan tempat tidur. Lantainya hanya semen kasar dan anak-anak tidur beralas tikar.
Dilanjutkan Lenny, selanjutnya ia bertemu Benny, sesama anak Siantar. Mereka berbincang-bincang, dan selanjutnya memutuskan untuk menggalang dana guna pembangunan Panti Asuhan Thabita Care.
“Kita ngumpulin dana buat pembangunan di sana. Sempat mandek, namun saya ambil alih penggalanagn dana. Sedangkan Benny sebagai pelaksana pembangunan. Dana saya transfer ke Benny,” jelasnya, seraya menambahkan pembangunan rampung dalam waktu enam bulan, dengan dana sekitar Rp 200 juta.
Setelah pembangunan selesai, keterlibatan Lebby tidak berhenti. Dia tetap aktif memberikan perhatian. Baik dalam pengembangan fisik bangunan, maupun kebutuhan penghuni panti. Terakhir, dibangun aula di dalam komplek panti, dan telah diresmikan baru-baru ini.
Bawa Bayi Berobat
Belum lama ini, Lenny membawa salah seorang anak penghuni panti, Jonathan ke Medan. Jonathan yang kini berusia 9 bulan, sebelumnya ditemukan saat masih bayi merah tempat sampah di Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun. Selanjutnya oleh pihak Dinas Sosial Simalungun, bayi malang tersebut diserahkan ke Thabita Care.
Selain Jonathan, ada seorang bayi lagi yang dirawat dan ditampung di Thabita Care. Bayi berusia 10 bulan yang diberi nama Samuel itu, ditemukan di Saribu Dolok, Simalungun. Sama dengan Jonathan, Samuel diserahkan ke panti oleh pihak Dinas Sosial Simalungun.
![](https://is3.cloudhost.id/siantarcorner/2022/07/tabitha-4-scaled-1-300x200.jpg)
Lenny, ibu dua anak ini mengaku sayang terhadap anak- anak. Bahkan, perempuan yang menghabiskan masa kecil hingga dewasa di kawasan Jalan Pane Pematangsiantar itu, sempat bercita–cita mendirikan panti khusus bayi.
“Saya tamat SMA tahun1994, lalu hijrah ke Medan. Menikah, dan kini punya dua anak. Tapi kalau melihat anak-anak lain, saya langsung tertarik dan tumbuh rasa sayang,” terang istri dari Willy ini, yang kini aktif di bisnis jasa ekpedisi ekspor dan impor.
Selain sayang terhadap anak-anak, Lenny yang menetap di Kota Medan, mengaku tetap mencintai Kota Siantar.
“Bagaimana pun, saya tetap cinta Siantar,” tukas Lenny yang sebenarnya tidak ingin perbuatan dan perhatiannya terhadap Thabita Care menjadi ajang pamer bagi dirinya. Sebab ia memang tulus berbuat untuk anak-anak tersebut. Hanya saja, sebutnya, ia tidak bisa menghalangi jika ada yang menulis tentang diri dan kiprahnya di bidang sosial.
Saat penulis berkunjung ke panti, dua dus diapers untuk bayi Jonathan dan Samuel baru tiba. Menurut pengelola panti, barang tersebut merupakan bantuan dari Lenny, setelah sebelumnya mereka menghubungi Lenny.
Theodora Sihite, pengelola Panti Asuhan Thabita Care mengakui Lenny sangat terlibat dan memberikan perhatian terhadap panti dan anak-anak.
“ Ibu Lenny banyak berbuat. Kalau ada kebutuhan anak-anak, saya selalu sampaikan ke Ibu Lenny,” sebutnya.
Disampaikan Theodora, saat ini panti tersebut menampung 21 anak, dua di antaranya masih bayi. Sementara anak-anak lainnya ada yang bersekolah di SD, SMP, dan SMA. Keberadaan panti tersebut, katanya, bermula dari keinginan mereka merawat bayi secara terpisah dari ibunya yang mengalami gangguan jiwa, yang sedang menjalani rehabilitasi di Menara Doa. Tempat rehabilitasi tersebut, kebetulan juga dikelola Theodora.
Kata Theodora, beberapa wanita yang mengalami gangguan jiwa, yang mereka tampung di tempat rehabilitasi ternyata sedang hamil sebelum mereka dibawa ke Menara Doa. Wanita-wanita tersebut melahirkan di tempat rehabilitasi. Itulah awalnya mereka kemudian mengontrak rumah untuk mengasuh bayi-bayi tersebut.
“Ada enam pengasuh yang merawat anak-anak di panti. Mereka mengurus keperluan anak hingga mengajar anak setelah pulang sekolah, termasuk beternak dan mengerjakan pekerjaan rumah lainnya,” sebut Theodora. (Vay)