Oleh: Pendeta Dion Ponombaan
“Adalah BIJAKSANA jika Anda BERPIKIR DULU sebelum mengambil keputusan,
Ingat ! KEPUTUSAN Anda buat akan BERPENGARUH untuk masa depan Anda dan generasimu.”
Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu, (Ulangan 30:19)
Dalam kehidupan ini, kita selalu di perhadapkan dengan suatu pilihan, dimana kita harus memilih dan memutuskannya, tidak boleh tidak, kita harus memilih dan mengambil keputusan.
Kita selalu saja diperhadapkan dengan pilihan jalan yang lebar atau jalan yang sempit, berkat atau kutuk, kehidupan atau kematian, mengampuni atau kepahitan, mengasihi atau membenci? Apa yang kita putuskan itulah yang akan kita jalani dan semua hal yang terjadi menjadi konsekwensi hidup kita.
Sebenarnya apa yang terjadi di dalam hidup kita saat ini itu semua adalah hasil dari keputusan-keputusan yang telah kita ambil sebelumnya, jika kita tidak mengambil keputusan itu juga sudah sebuah keputusan, apa keputusannya? Keputusannya adalah tidak mengambil keputusan.
Bayangkan seandainya keputusan yang kita ambil itu salah ! Hal itu bukan hanya akan berdampak pada kita saja saat ini, tetapi akan berakibat sampai pada generasi di bawah kita bahkan hal itu dapat terjadi sampai pada kekekalan.
Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya. (Dan 1:8)
Saat Daniel mengambil keputusan untuk tidak menajiskan dirinya dengan makanan yang telah di persembahkan kepada berhala, hal itulah yang telah membuat campur tangan Tuhan dalam hidupnya, masa depannya berubah, dia di angkat menjadi orang yang dipercaya oleh raja sungguh berkat yang luar biasa dialami dalam hidupnya, semuanya berawal dari keputusan yang telah diperbuatnya, yaitu KEPUTUSAN untuk tidak MENAJISKAN DIRINYA, dia lebih memilih Tuhan dan kekudusan dari pada kesenangan daging yang menyesatkan, dia lebih memilih kebenaran dan Tuhan. Walau karena hal itu ia harus menerima resiko kehilangan karier dan nyawanya .
Keputusan apakah yang harus kita ambil ?
“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama (Mat 22:37-38)
Mengasihi Tuhan adalah hal yang TERUTAMA dan PERTAMA. Mengasihi Tuhan terkadang disalah artikan oleh banyak orang kristen hari ini dengan berpikir bahwa mengasihi Tuhan itu adalah hal-hal pelayanan, khotbah, menjadi panitia KKR (Kebaktian Kebangunan Rohani), bekerja keras menghabiskan waktu untuk menginjil banyak orang atau menjadi donatur, tentu hal itu tidaklah menjadi salah, tetapi aktifitas atau kegiatan rohani kita bukanlah hal utama yang Tuhan cari dalam hidup kita.
Dalam Injil Matius diceritakan ada banyak orang datang dan bercerita kepada Tuhan tentang pelayanan yang telah mereka lakukan, bahkan mungkin prestasi yang telah dicapai, hal-hal spektakuler yang telah terjadi lewat pelayanan mereka ketika mereka mengajar, mengusir setan, menyembuhkan orang sakit, membuat mujizat, bahkan bernubuat seperti layaknya seorang nabi.
Mungkin ketika datang kepada Tuhan mereka berpikir dan berharap Tuhan memberikan kata-kata pujian atas segala yang telah mereka lakukan tetapi sungguh di luar dugaan, ternyata Tuhan menolak dan sama sekali tidak mengenal mereka, sungguh tragis dan sangat ironis keadaan yang terjadi pada hidup mereka.
Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” (Matius 7:23-24)
Mengasihi Tuhan bukan hanya sekedar berbicara tentang pelayanan atau kegiatan kerohanian belaka, mengasihi Tuhan adalah bicara tentang hubungan kita dengan Tuhan dalam penyembahan yang intim. (Intimacy worship with God).
Keterlibatan seseorang dalam pelayanan bukanlah sebuah ukuran bahwa orang itu mengasihi Tuhan, sebab dapat saja orang melayani tetapi tanpa mengasihi Tuhan seperti orang-orang Farisi, memang sudah seharusnya orang-orang yang mengasihi Tuhan itu terlibat di dalam pelayanan.
Sangatlah mungkin kita melayani tanpa mengasihi, tetapi sangatlah tidak mungkin mengasihi Tuhan tanpa kita melayani DIA.
Kita dapat saja memberi tanpa mengasihi, tetapi tidaklah mungkin kita mengasihi Tuhan tanpa memberi.
Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. (Yoh 4:23).
Kita harus memahami bahwa Tuhan tidak mencari aktifitas atau aturan-aturan yang kita miliki di dalam gereja walaupun hal itu kelihatan sangat religius. tetapi Dia mencari Penyembah yang benar (Pribadi yang mau intim dengan BAPA).
Hidup di hadirat-Nya, menyembah Allah akan membawa kita pada sebuah kehidupan yang maksimal, kepuasan serta damai yang melampaui akal dan yang terpentung hati Tuhan disenangkan dan dipuaskan.
Saya teringat ketika pulang pelayanan dari luar kota, saya bertemu dirumah dengan anak saya Yeremia, sepertinya dia sedang sibuk sehingga kehadiran saya kurang diperhatikannya.
Sebagai anak-anak Allah terkadang kita juga seperti itu, kita begitu sibuk dengan banyak hal sampai terkadang lupa dan tidak lagi menyadari Kehadiran BAPA di surga yang begitu rindu untuk bersekutu dengan kita anak-anak-Nya.
Saya dapat saja mengambil mainan yang membuat Yeremia (anak saya) tidak memperhatikan saya sebagai papanya, Dan hal yang sama dapat dilakukan juga oleh Bapa kita yang di surga, Allah dapat saja mengambil semua hal yang telah membuat kita tidak menyadari kehadiran-NYA.
Tentu kita tidak perlu mengalami hal hal yang buruk atau kehilangan segala sesuatu yang kita milki baru membuat kita sadar bahwa kita sangat membutuhkan kehadiran BAPA di surga dalam hidup kita.
Sebagai seorang bapa ada rasa rindu di hati saya karena saya sudah beberapa hari tidak berjumpa dengan Yeremia anak saya, Saat itu saya berkata ”Peluk papa dulu sayang baru kembali bermain lagi ”, ketika Yeremia menghampiri dan memeluk saya, ada rasa puas, bahagia, senang di dalam hati saya, hal itu rasanya tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata, semua rasa letih dan lelah saya seketika itu juga hilang.
Saya percaya BAPA di surga juga merasakan hal yang sama ketika kita datang sebagai seorang anak, menghampiri Dia yang adalah BAPA kita, Tuhan akan merasa puas dan hatinya dikenyangkan oleh penyembahan kita, seperti yang dikatakan pada murid-murid-Nya, bahwa Dia sudah merasa kenyang karena ada pada Nya makanan yang lain. Tentu yang maksud Yesus bukanlah makanan jasmani tetapi yang di maksud adalah tentang perempuan Samaria yang ada di oerigi Yakub sebab Yesus sedang mengajarkan kepadanya tentang Prinsip Penyembahan yang benar kepadanya (True Worshiper) dan Yesus mengumpakan hal itu seperti makanan yang telah membuat hati-Nya puas dan dikenyangkan.
Sementara itu murid-murid-Nya mengajak Dia, katanya: “Rabi, makanlah.” Akan tetapi Ia berkata kepada mereka:”Pada-Ku ada makanan yang tidak kamu kenal.”
(Yoh4:31-32)
Keputusan yang terbaik.
Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, Sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: “Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku. Tetapi Tuhan menjawabnya: “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.”
(Luk 10:40- 41).
Hari ini ada banyak orang percaya yang hidupnya sama atau tidak ada bedanya dengan Marta, begitu sibuk dalam melakukan pelayanan dan bekerja, tetapi mereka kehilangan apa yang terpenting di dalam hidupnya. Apakah itu? HUBUNGAN dengan BAPA di Surga. Mereka telah menggantikan dan mengubah persekutuan dengan BAPA (Intimacy worship) dengan segala macam bentuk kesibukan dan mereka berkata” ngak apalah, Tuhan mengerti kok… Sungguh sebuah situasi dan keadaan yang sangat memprihatinkan.
Kita dapat bayangkan apa yang akan terjadi, ketika aktifitas atau pergerakan umat Tuhan hanya berdasarkan hikmat dan memakai kekuatan dirinya sendiri, maka tidak akan pernah ada yang dapat dihasilkan selain, kutuk di dalam hidupnya.
Orang-orang yang kehilangan keintiman dengan Tuhan dalam penyembahan (hatinya jauh dari Tuhan) Nabi Yeremia melukiskan keadaan orang itu bagaikan semak duri yang ada di padang belantara (tandus, gersang, tidak berpenduduk (sunyi), tidak ada kehidupan, Nabi Yeremia memastikan bahwa pohon (orang) itu tidak akan pernah mengalami masa atau keadaan yang baik. Bayangkan seperti apakah keadaan orang (pohon) yang seperti itu, keadaannya sungguh sangat menyedihkan ”gersang, kosong”, Seperti itulah keadaan yang sebenarya saat kita lebih bergantung pada kekuatan manusiawi diri kita sendiri dan hati kita jauh dari Tuhan tidak dekat atau tidak memilki hubungan yang intim dengan Allah di dalam doa dan penyembahan.
Beginilah firman TUHAN: “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN! Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk. (Yer 17:5-6).
Bagaimana dengan aktifitas dan kerohanian anda? Seperti apakah anda menjalani hidup kekristenan yang Anda miliki saat ini? Seperti Marta atau Maria? Ingatlah! Hidup yang kita jalani adalah hasil dari sebuah keputusan, jika keputusan yang kita ambil salah maka kita akan menjalaninya seumur hidup kita.
Contoh; Ketika Anda mengambil keputusan untuk menikah maka Anda harus menjalani dan menerima semua konsekwensinya seumur hidup Anda, Apakah itu baik atau buruk semua harus Anda hadapi sebagai konsekuensi atau resiko dari keputusan yang telah diambil.
Keputusan terbaik yang telah diambil oleh Maria, adalah ”Duduk di bawah kaki Tuhan Yesus dan mendengarkan Dia berbicara.
Tanpa Tuhan Kita Tidak Dapat Berbuat Apa-Apa. (Yoh 15:4-5)Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.
Tuhan Yesus mengumpamakan diri-Nya seperti pokok anggur yang benar dan kita semua adalah carangnya. Sebuah carang atau ranting tidak akan dapat berbuah dan berbuat apa-apa jika dia tidak melekat pada pokok anggur itu.
Keberlangsungan hidup sebuah ranting bergantung dari kemelekatannya pada pokok pohon itu, demikian dengan keberhasilan hidup kita hanya ditentukan oleh hubungan kita dengan Tuhan pokok kehidupan itu.
Dapat dipastikan apa yang akan terjadi dengan sebuah ranting jika dia tidak melekat atau menempel pada pokok pohon itu, tentu hanya kekeringan yang akan di alaminya dan berakhir pada kematian, sama halnya dengan hidup kita, jangankah berbuah lebat, bertumbuh saja tidak! jika kita tidak melekat pada Pokok Kehidupan itu yaitu Yesus.
Perumpamaan tentang pokok anggur yang benar, adalah contoh sederhana agar kita mengerti hal yang sangat penting yaitu tentang hubungan kita dengan sumber Kehidupan itu.
Sudah saatnya seluruh aktifitas hidup kita berjalan berdasarkan hubungan kita dengan Tuhan (Intimacy worship), bukan berdasarkan hikmat dan kemampuan profesional kita semata, ini waktunya untuk kita selalu tinggal di Hadirat-Nya mengalami kedalaman dengan Tuhan dan hal itu adalah KEPUTUSAN YANG TERBAIK.
……….. dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa. (Mazmur 23:6)
“DUDUK TENANG dibawah kaki Tuhan” adalah sebuah TEMPAT yang tidak boleh dilupakan oleh semua orang PERCAYA. (59 kata-kata bijak-)
Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus: “Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman pada waktu pencobaan di padang gurun, (Ibrani 3:7-8)
Salam, Selamat Hari Minggu dari Redaksi..
Discussion about this post