Niat sholat Tarawih dan Witir dilafalkan sesuai dengan pelaksanaannya baik secara sendiri (munfarid) maupun berjamaah. Sholat Tarawih merupakan amalan sunnah yang dianjurkan Nabi SAW untuk dilaksanakan pada bulan Ramadan. Di Indonesia sendiri, pengerjaannya kerap dilanjutkan dengan sholat Witir.
Muhammad Bagir dalam buku Fiqih Praktis menyebut, istilah Tarawih baru diamalkan pada masa kekhalifahan Umar bin Khaththab. Sebelumnya pada zaman Nabi Muhammad SAW, sholat sunnah ini disebut dengan qiyam Ramadan, sesuai hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya: “Barangsiapa mengadakan qiyam Ramadan karena keimanan dan pengharapan pahala maka akan ia diampuni dosa-dosanya yang telah lampau.” (HR Bukhari, Muslim & Tirmidzi)
Nasrul Umam Syafi’i & Lukman Hakim dalam buku Shalat Sunnah: Hikmah dan Tuntunan Praktis menerangkan, qiyam Ramadhan pada hadits tersebut merujuk sholat Tarawih dan Witir yang dilaksanakan khusus selama malam bulan Ramadan.
Untuk mencapai keutamaan di dalamnya, tentu pengerjaan sholat Tarawih dan Witir perlu dilakukan dengan bacaan yang tepat pula. Berikut bacaan niat sholat Tarawih dan Witir secara berjamaah dan sendiri yang dilengkapi dengan doanya.
Niat Sholat Tarawih dan Witir Sendiri hingga Berjamaah
Mengutip arsip detikHikmah, berikut niat sholat Tarawih yang dilafalkan dalam hati yang untuk berjamaah dan sendiri.
1. Niat Sholat Tarawih Sendiri
اُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً لِلهِ تَعَالَى
Latin: Ushalli sunnatat tarāwīhi rak’atayni mustaqbilal qiblati lillāhi ta’ālā
Artinya: “Aku niat sholat sunnah Tarawih dua rakaat dengan menghadap kiblat, saat ini, karena Allah Ta’ala.”
2. Niat Sholat Tarawih Berjamaah sebagai Makmum
اُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى
Latin: Ushalli sunnatat tarawihi rak’atayni mustaqbilal qiblati ada’an ma’muman lilahi ta’alaa
Artinya: “Aku niat sholat sunnah tarawih dua rakaat dengan menghadap kiblat, saat ini sebagai makmum karena Allah Ta’ala.”
3. Niat Sholat Tarawih Berjamaah sebagai Imam
اُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً إِمَامًا ِللهِ تَعَالَى
Latin: Ushalli sunnatat tarawihi rak’atayni mustaqbilal qiblati ada’an imaman lilahi ta’alaa
Artinya: “Aku niat sholat sunnah tarawih dua rakaat dengan menghadap kiblat, saat ini sebagai imam karena Allah Ta’ala.”
Bagir dalam bukunya turut menjelaskan mengenai bilangan rakaat sholat Tarawih. Menurutnya ada dua pendapat yakni sholat Tarawih dikerjakan 8 rakaat dan 20 rakaat.
Mereka yang delapan rakaat berpegang pada hadits Aisyah yang diriwayatkan Bukhari & Muslim bahwa Nabi SAW tak pernah sholat sunnah malam hari lebih dari 11 rakaat, baik di bulan Ramadan maupun bulan lainnya.
Kalangan yang berpendapat 20 rakaat bersandar pada hadits yang diriwayatkan Tirmidzi bahwa di zaman khalifah Umar, Utsman dan Ali, kaum muslim mendirikan sholat Tarawih dengan jumlah rakaat demikian. Juga bilangan rakaat inilah yang disetujui oleh mayoritas ulama fiqih dari madzhab Syafi’i, Hanafi, Hanbali, dan lainnya.
Meski demikian, pengerjaan sholat Tarawih dilaksanakan dengan satu kali salam di tiap dua rakaatnya.
Bagir juga menerangkan perihal pelaksanaan Tarawih, yang mana boleh dilakukan berjamaah maupun sendiri, bisa di masjid atau di rumah. Menurutnya, lebih afdhal sholat berjamaah di masjid karena khawatir timbulnya rasa malas dalam diri, maupun kondisi masjid yang kosong.
4. Niat Sholat Witir 1 Rakaat Sendiri
صَلِّى سُنَّةَ الوِتْرِ رَكْعَةً مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً لِلهِ تَعَالَ
Latin: Ushalli sunnatal witri rak’atan mustaqbilal qiblati adā’an lillāhi ta’ālā.
Artinya: “Aku niat sholat sunnah Witir satu rakaat dengan menghadap kiblat, saat ini karena Allah Ta’ala.”
2. Niat Sholat Witir 3 Rakaat Sendiri
اُصَلِّى سُنَّةَ الْوِتْرِ ثَلَاثَ رَكْعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً لِلهِ تَعَالَى
Latin: Ushalli sunnatal witri tsalâtsa raka’âtin mustaqbilal qiblati adâ’an lillâhi ta’âlâ
Artinya: “Aku menyengaja salat sunnah Witir tiga rakaat dengan menghadap kiblat, saat ini karena Allah Ta’ala,”
3. Niat Sholat Witir 1 Rakaat Berjamaah sebagai Imam/Makmum
صَلِّى سُنَّةَ الوِتْرِ رَكْعَةً مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً إِمَامًا / مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَ
Latin: Ushalli sunnatal witri rak’atan mustaqbilal qiblati adā’an lillāhi ta’ālā.
Artinya: “Aku niat sholat sunnah Witir satu rakaat dengan menghadap kiblat, saat ini sebagai imam/makmum karena Allah Ta’ala.”
4. Niat Sholat Witir 3 Rakaat sebagai Imam/Makmum
اُصَلِّى سُنَّةَ الْوِتْرِ ثَلَاثَ رَكْعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً إِمَامًا / مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى
Latin: Ushalli sunnatal witri tsalâtsa raka’âtin mustaqbilal qiblati adâ’an lillâhi ta’âlâ
Artinya: “Aku menyengaja sholat sunnah Witir tiga rakaat dengan menghadap kiblat, saat ini sebagai imam/makmum karena Allah Ta’ala,”
Sebagaimana hadits Rasulullah SAW riwayat Abu Hurairah di atas, sholat Witir termasuk qiyam Ramadhan yang dimaksud. Di Indonesia sendiri pun, pelaksanaan Witir dilakukan setelah selesai mengerjakan sholat Tarawih.
Adapun Witir menukil Panduan Muslim Kaffah Sehari-Hari oleh Muh. Hambali, artinya adalah ganjil. Maka itu, jumlah rakaat sholat ini haruslah ganjil. Paling sedikit yakni satu rakaat, atau tiga rakaat.
Abu Ayyub Al-Anshari meriwayatkan, Nabi SAW bersabda, “Sholat Witir adalah haq bagi setiap muslim. Barang siapa yang senang mengerjakan sholat Witir sebanyak tiga rakaat, silakan ia kerjakan. Dan barang siapa yang senang mengerjakan sholat Witir sebanyak satu rakaat, silakan ia kerjakan.” (HR Abu Dawud, Nasa’i, & Ibnu Majah)
Di sisi lain, Rasulullah SAW sendiri diketahui pernah mengerjakan salat witir sebanyak tiga rakaat di bulan Ramadan sebagai kelanjutan dari salat tarawih. Berikut penjelasannya dalam hadits yang diriwayatkan dari istri Rasulullah SAW, Aisyah RA,
مَا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلّ الله عليه و سلّم يَزِيْدُ فِي رَمَضَانَ وَ لاَ فِي غَيْرِهِ إِحْدَ عَشْرَةَ رَكْعَةً يُصَلِّى أَرْبَعًا، فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَ طُوْلَـهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّى أَرْبَعًا فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَ طُوْلَـهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّى ثَلاَثاً
Artinya: “Rasulullah SAW tidak pernah menambah bilangan pada bulan Ramadhan dan tidak pula pada bulan selain Ramadhan dari 11 rakaat. Beliau shalat 4 rakaat sekali salam maka jangan ditanya tentang kebagusan dan panjangnya, kemudian shalat 4 rakaat lagi sekali salam maka jangan ditanya tentang bagus dan panjangnya, kemudian salat witir 3 rakaat.” (HR Muslim)
Discussion about this post