Sore itu sedikit mendung, arus lalu lintas dan lalu lalang orang dan kendaraan kian ramai di persimpangan Jalan Kartini dengan Jalan H Adam Malik.
Pertigaan yang lebih dikenal dengan simpang Samsat di Pematangsiantar ini memang cukup ramai di sore hari, maklum jam pulang kantor.
Di salah satu kafe sejumlah anak muda duduk berkelompok, dideretan meja dengan minuman kopi maupun teh di hadapannya.
Tepat di depan kafe, Gerai Martabak Banditz, tiga orang wanita dan seorang pria berpenampilan menarik mulai sibuk dengan pembeli yang mengantri.
Memastikan pesanannya sudah selesai dibuat, seorang wanita dengan setelan batik yang dipadu dengan rok warna selaras menghampiri salah seorang pekerja Martabak Banditz.
“Kak, Desi berapa nomor lagi?” tanyanya. “Sabar ya mbak, dua nomor lagi kok.
Yang spesial kan mbak,” jawab wanita di balik gerai yang melihat catatan kertas daftar pemesan.
Dengan lincah dan cekatan pula , tangan Hendra Pardede sang koki menuang adonan ke dalam loyang diatas tungku.
Mereka menulis nama dan varian pesanan tiap pembeli, agar tidak daling mendahului dan ada yang terlewatkan. Begitulah suasana di gerai martabak Banditz sore itu.
Pemilik usaha Martabak Banditz, Daniel Oppusungngu sesekali ikut melayani langsung pembeli yang datang.
Di sela aktivitasnya, Daniel menyempatkan diri berbincang dengan penulis tentang Martabak Banditznya.
Daniel menjelaskan keunikan dan ke khasan martabaknya. Selain tekstur yang lebih lembut, martabak dengan toping delapan rasa dalam satu loyang baru pertama kali dan masih satu-satunya di Pematangsiantar.
Martabak Banditz menawarkan sejumlah varian rasa dan toping martabak dengan harga mulai dari Rp16 ribu sampai Rp 45 ribu.
Martabak biasa dengan pilihan satu toping, coklat, jagung atau kacang ditawarkan dengan harga Rp 16 ribu.
Untuk martabak dengan toping campuran kacang dan coklat ditawarkan dengan harga Rp 18 ribu, sementara martabak denganbtoping keju ditawarlan dengan harga Rp. 20 ribu.
Ada dua pilihan rasa martabak yang ditawarkan.
Yakni vanilla dan pandan. Untuk toping variasi atau spesial ada dua pilihan yang di tawarkan, toping delapan rasa dan empat rasa.
Pembeli ditawari delapan toping, Nutela, Oval maltine, Greentea, silver queen, red velvet, oreo, jagung dan coklat.
Bagi yang ingin martabak dengan empat toping, tinggal memilih dari delapan varian yang tersedia.
Martabak Banditz spesial ini ditawarkan dengan harga Rp 45 ribu .
Selain pilihan rasa dan varian toping yang kaya serta tekstur yang lembut.
Martabak Banditz juga berbeda dari sisi kemasan. Martabak Banditz dikemas dengan kotak yang lebih lux.
Sesuai dengan tag line “Martabak Banditz yang Membegal di Hati”.
Martabak Banditz yang kini hadir di Kota Pematangsiantar merupakan cabang dari unit usaha Martabak Banditz yang ia gagas bersama rekannya di Jakarta.
Akhir Desember 2016 silam, Daniel membuka gerai di Jalan Kartini, Pematangsiantar. Kini Martabak Banditz yang dikelolola bersama empat orang stafnya rata rata menghabiskan baham baku sekitar sepuluh kilogram tepung terigu.
Dengan alasan tertentu, pria lulusan Universitas Bina Nusantara yang sempat aktif sebagai tim kreatif di salah satu stasiun tv swasta nasional ini sengaja membatasi jumlah produksi per hari martabaknya.
Selain orientasi bisnis, usaha martabak yang sempat mendapat penentangan dari keluarga ini bagi Daniel diharapkan dapat menjadi salah satu hal yang menarik untuk memikat orang berkunjung ke Pematangsiantar.
Gerai martabak Banditz beroperasi setiap hari, mulai ‘pukul 18.00 WIB sampai dengan pukul 22.00 WIB. Pembeli juga dapat memesan memesan melalui telepon sebelum tiba di sana atau melauli layanan jasa kereta.
Dalam waktu dekat Martabak Banditz juga akan hadir di Kabanjahe dan Samosir. Dengan sistem franchaise, peluang menjadi mitra dan franchaise juga terbuka untuk kota-kota lainnnya di Indonesia.
Namun menurut Daniel, Hal tersebut pastinya harus melalui sejumlah tahapan mulai dari survei sampai membuat kesepakatan.(Vay)
Discussion about this post