Malam itu, lampu-lampu di Tengah People & Place, Jalan Irian Barat,Kota Medan berpendar hangat. Ratusan pasang mata tertuju ke panggung utama, tempat Malam Penghargaan Salon Foto Indonesia (SFI) ke-45 berlangsung.Jumat (12/9/2025).
Tiba-tiba, suasana yang semula khidmat pecah oleh guyonan Wali Kota Medan, Rico Tri Putra Bayu Waas.
Dengan nada setengah serius ia mengaku mendadak ingin jadi fotografer. Alasannya sederhana: ia ingin bersaing dengan Bupati Karangasem, I Gusti Putu Parwata, yang malam itu hadir sebagai peserta SFI. “Dari beberapa tahun lalu saya selalu penasaran, saya pengin foto saya ada di Katalog SFI. Tapi ternyata saya hanya bisa memberi kata sambutan pada malam hari ini. Tahun depan saya harus bersaing sama Bupati Karangasem,” ucapnya, disambut gelak tawa undangan.
Rico, politisi NasDem yang malam itu mengenakan jas rapi, memang punya ketertarikan pada dunia fotografi. Ia tak pernah benar-benar terjun, namun setiap tahun setia menantikan katalog SFI. Baginya, katalog itu seperti jendela kecil yang memperlihatkan keragaman wajah Indonesia melalui karya para fotografer.
Acara yang digelar Federasi Perkumpulan Senifoto Indonesia (FPSI) itu tidak hanya diramaikan Wali Kota Medan. Hadir pula Anggota DPR RI Sofyan Tan, Wali Kota Bandung Muhammad Farhan, hingga sang “penantang diam-diam” Rico, Bupati Karangasem I Gusti Putu Parwata, yang sejak lama bergabung dalam klub fotografi asal Bali.
Setelah sambutan singkatnya, Rico didampingi Ketua FPSI Agatha Anne Bunanta dan Ketua Panitia SFI 45 Petrus Loo, berjalan menyusuri lorong pameran. Foto-foto karya peserta terbingkai rapi, menjadi saksi perjalanan panjang SFI yang telah bergulir sejak 1973. Sejak awal berdirinya, bahkan Adam Malik ,saat itu Menteri Luar Negeri pernah menjadi pelindung FPSI dan menyumbangkan Piala Bergilir Adam Malik yang masih diperebutkan hingga kini.
Dalam sambutannya, Agatha mengingatkan kembali bahwa SFI adalah satu-satunya ajang fotografi paling konsisten di Indonesia, digelar 45 kali tanpa putus. Kini, 35 klub fotografi di seluruh negeri menjadi bagian dari FPSI, termasuk Toba Photographer Club (TPC) dari Medan yang malam itu bertindak sebagai tuan rumah. Total 11 klub hadir dalam perayaan, sekaligus mempersiapkan Munas esok hari.
“SFI bukan hanya soal pameran dan malam penghargaan, tapi juga katalog foto yang akan dibagikan kepada semua peserta. Itu tugas berat, karena katalog ini yang akan menjadi jejak abadi,” ujar Petrus Loo, ketua panitia yang tak lupa berterima kasih pada para sponsor.
Deretan sponsor besar memang menopang acara ini: mulai dari JNE, Fujifilm, BSP Gallery, Ekraf, PT Agincourt Resources, Most FM, Inalum, Batak Imagery, hingga belasan lainnya. Semua terlibat dalam menjaga denyut hidup fotografi Indonesia.
Malam di Medan itu ditutup dengan senyum dan sorot kamera. Para fotografer—amatir maupun senior meninggalkan ruangan dengan semangat baru. Dan entah serius atau tidak, ucapan Rico Waas soal ingin jadi fotografer seakan menambah warna. Siapa tahu, tahun depan di Palu, katalog SFI benar-benar memuat karya seorang Wali Kota Medan.(rel)